Cover buku
INDONESIA adalah negara kepulauan terbesar di dunia. Jarak diagonal antara Sabang ke Merauke adalah sama dengan jarak London ke Istambul. Sebelum tahun 1511, Indonesia yang dulu dinamakan Nusantara sangat dikenal dengan kekuatan lautnya dan sangat disegani oleh negara tetangga bahkan China. Pada saat itu, perairan selat Malaka dan laut wilayah Timur Asia dikuasai oleh Nusantara. Kehebatan pelaut Indonesia sudah ada sejak abad kedua, ketika pelaut Indonesia mengarungi laut lepas hingga Madagaskar, Afrika.

Namun sejak jatuhnya Malaka ke tangan Portugis pada 1511, praktis kekuasaan Nusantara atas lautnya hilang. Kejatuhan Malaka diawali dengan ditemukannya jalur rempah-rempah oleh Ludovico Di Varthema, petualang dari Bologna - Italia yang menjejakan kaki pertama kali di Ternate pada 1506 saat Sultan Bayanullah memerintah (1500 -1521). Kekuasaan Nusantara atas lautnya semakin tak mungkin direbut kembali setelah tewasnya Dipati Unus dari Demak tewas dalam penyerangan ke Malaka pada 1521.

Pertanyaannya adalah, akankah kejayaan laut Indonesia kembali? Bagaimana profil kekuasaan Indonesia atas lautnya setelah 500 tahun kemudian, sejak jatuhnya Malaka pada 1511? Benarkah laut Indonesia tidak dijaga? Kalau dijaga, siapakah penjaga laut Indonesia sebenarnya?

SEKILAS TENTANG BUKU
Judul Buku : Tahun 1511 – Limaratus Tahun Kemudian
Penulis : Laksamana Madya TNI Didik Heru Purnomo, dkk
Editor : Putut Prabantoro (Ketua Pelaksana Gerakan Ekayastra Unmada –Semangat Satu Bangsa (dari wartawan, oleh wartawan, untuk Indonesia)

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama, Desember 2011

Kata Pengantar
1· Marsekal TNI (Purn) Djoko Suyanto (Menkopolhukam selaku Ketua Bakorkamla)
2· Purnomo Yusgiantoro (Menhan RI)
3· Laksamana TNI Agus Suhartono (Panglima TNI)

Komentar
1.Letjen TNI (Purn) Kiki Syahnakri (Mantan Wakasad)
2·Franciscus Welirang (Pengusaha)
3· R.Priyono (Kepala BPMIGAS)
4· KH Salahuddin Wahid (Ketua Gerakan Integritas Bangsa)


Kontributor Tulisan
1. Gaudensius Suhardi (Kadiv Content Enrichment Media Indonesia)
2. Pieter P. Gero (Redaktur Ekonomi Harian Kompas)
3. Kornelius Purba (Senior Managing Editor The Jakarta Post)
4. Primus Dorimulu (Pemred Suara Pembaruan & Investor Daily)
5· Ahmad Basori (Pemred Harian Pelita)
6. Rafael Don Bosco (Wartawan Indosiar)
7· Algooth Putranto (wartawan Bisnis Indonesia)
8· Rahdhini Ikaningrum (Wartawan Metro TV)
9· Dion DB Putra (Pemred Pos Kupang)
10· Maurits Sadipun (Redaktur Timika Ekspress)
11·Donatus Budiono (Redaktur Pelaksana Pontianak Post)
12· Julius Jera Rema (Wartawan Investor Daily)
13· Asriyadi Alexander Mering (Redaktur Boreno Tribune)
14· Teguh Santosa (Pemred Rakyat Merdeka Online)
15· Ivan Rishky Kaya (KetuaFP4N Ambon)
16· Richard Nainggolan (Pemred Tribun Manado)
17· Abdul Haerah (Pemred Tribun Medan)
18· Yusran Pare (Pemred Banjarmasin Post)
19· GA Guritno (Redaktur majalah Gatra)
20· Koesworo Setiawan (Kepala Jurnas.com)
21· Rosmery Sihombing (Askadiv Pemberitaan Media Indonesia)
22· Doddy Sarjana (Pemred Tribun Pekanbaru)
23· Iman Suryanto (wartawan Tribun Batam)
24· Tri Agung Kristanto (Redaktur Politik dan Hukum Kompas)
25· Willy Masaharu Indracahya (Wartawan Suara Pembaruan)
26· Ardianto BS (Producer News Trans7)
27· Agapitus Batbual (Wartawan Suara Perempuan Papua, Merauke)
28· Hadmarus Waka (Wartawan Bintang Papua, Timika)
29· Willy Masaharu (Wartawan Suara Pembaruan)
30· Marcel Kelan (Wartawan Antara di Jayapura)


Sumber:www.dionbata.com/2012/.../di-laut-kita-tak-berdaya